Selasa, 16 September 2014

Fungsi Tasawuf di Era Modern

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Modernisme bisa saja menjadi simbol kemajuan, bisa pula menjadi tanda kemunduran umat manusia. Pada kenyataannya, modernisme makin hari membawa diri kita terselubungi hal-hal baru yang semakin bertolak belakang dengan nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendahulu kita. Akibatnya, penghayatan terhadap Islam mulai digantikan dengan penghayatan duniawi yang serba ingin modern. Prinsip materialistik memenuhi pikiran manusia, yang melepaskan kontrol agama dan kebebasan bertindak demi memenuhi modernisme telah berkuasa untuk mengalahkan terapi sufisme atau tasawuf.
Tasawuf sebagai salah satu pilar utama dalam Islam harus dapat menyesuaikan diri di dunia modern. Pada hakikatnya dunia dijadikan oleh Allah sebagai tempat untuk manusia mengabdi, ia adalah tempat ujian untuk menguji keimanan hamba-hamba-Nya, sebagai tempat dan alat ia sepatutnya dilihat sebagai sesuatu yang netral.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana ciri-ciri kehidupan modern ?
2.      Bagaimana hubungan kehidupan modern saat ini dengan tasawuf ?
3.      Apa fungsi tasawuf dalam kehidupan masyarakat modern ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui ciri-ciri kehidupan modern.
2.      Mengetahui Hubungan antara tasawuf dan dunia modern.
3.      Mengetahui fungsi tasawuf dalam dunia modern.
4.      Memenuhi tugas mandiri mata kuliah Akhlak Tasawuf.

BAB III
PEMBAHASAN

A.    Tasawuf dan Ciri-Ciri Dunia Modern
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa tasawuf itu adalah semacam ilmu syari’ah yang timbul kemudian di dalam agama. Asalnya ialah bertekun beribadat dan memutuskan pertalian dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Menolak hiasan-hiasan dunia, serta membenci perkara-perkara yang selalu mendaya orang banyak, kelezatan harta benda, dan kemegahan. Dan menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadat.[1]
Sepanjang peradaban manusia dunia modern mengukir prestasi tersendiri. Akibat langsung tuntutan kebebasan intelektual sepenuhnya oleh manusia pasca renesans, maka muncullah rasionalisme dalam segenap kehidupan. Manusia modern yang mencirikan rasionalisme dalam segenap kehidupan. Manusia modern yang mencirikan rasionalisme ini, secara kuantitatif, telah menimbulkan dampak prestasi yang luar biasa. Memang harus diakui bahwa kehidupan yang serba rasional ini telah menimbulkan perubahan-perubahan amat radikal dalam berbagai bidang Enlightenments, pencerahan, semangat aktivisme tumbuh sedemikian rupa dan menghantarkan manusia Barat pada achievements baru. Hasil bersih mutakhir pencapaian itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi modern.[2]
Pada sisi ideologis, cita kebebasan intelektual di Barat masa awalnya membidani lahirnya sekularisme. Paham sekularisme ini selanjutnya tumbuh dan berkembang dan memperoleh sosoknya yang jelas dalam bentuk materialism. Dan sebagai puncak pertumbuhan sekularisme tersebut adalah kesaksian sejarah akan lahirnya komunisme di abad XIX. Jika kita cermati secara lebih sungguh, kenyataan kehidupan serba rasional beserta budaya sekuler itu ternyata mengundang banyak problem. Sisi penting batiniah manusia semakin tercerabut dari akar spiritualnya. Akibat logis penekanan yang tidak seimbang antara dimensi lahiriyah dan dimensi batiniah itu, pada akhirnya, menyeret mereka pada tragedi kemanusiaan, dalam bentuk desintegrasi sosial dan moral.[3]
Integrasi kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya dapat dilihat dari aktivitas mereka di dunia ini. Di samping sebagai kepala rumah tangga beliau juga aktif dalam peperangan keagamaan, social, politik, ekonomi, perang, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan rumusan Al-Qur’an tentang zuhud.
Praktek zuhud sebagai maqam cenderung ekstrem menolak dunia, dan dunia dianggap dikotomi dengan akhirat atau Tuhan. Pemikiran seperti ini ditangkap oleh sementara pihak tanpa melihat aspek sosiologisnya. Hal ini perlu diluruskan dan dikembalikan serta dikonsultasikan kepangkalnya, yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.[4]
Sebenarnya Al-Qur’an atau Islam tidak melarang umatnya untuk menikmati kehidupan dunia ini, umat Islam diperbolehkan memakai perhiasan yang baik, memakan yang bergizi, namun yang penting tidak berlebih-lebihan, karena memang semua ini diperuntukkan bagi umat manusia, khususnya bagi orang-orang yang beriman nanti di akhirat.
Menikmati kehidupan dunia secara wajar dan proporsional itu dimaksudkan agar jangan sampai kehidupan dunia itu mengalahkan kehidupan akhirat, jangan sampai melupakan diri kepada Allah SWT., dan di samping itu agar jangan sampaikehidupan seseorang sangat tergantung kepada materi, sehingga berduka-cita terhadap harta atau sesuatu yang luput dari tangan dan sangat gembira terhadap apa yang diperolehnya.[5]
ŸxøŠs3Ïj9 (#öqyù's? 4n?tã $tB öNä3s?$sù Ÿwur (#qãmtøÿs? !$yJÎ/ öNà69s?#uä 3 ª!$#ur Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC Aqãsù
23. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira[6] terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Al-Hadid:23)
Masyarakat modern selanjutnya sering disebutkan sebagai lawan dari masyarakat tradisional. Deliar Noer misalnya yang dikutib Abuddin Nata menyebutkan ciri-ciri modern sebagai berikut:
1.      Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran, daripada pendapat emosi. Sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan lebih dahulu untuk ruginya, dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang menguntungkan.
2.      Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
3.      Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
4.      Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan, dan perbaikan dari manapun datangnya.
5.      Berpikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.[7]
Ata’ Muzhar, menyatakan bahwa masyarakat modern ditandai oleh lima hal, yakni: Pertama, berkembangnya mass culture karena pengaruh kemajuan mass media sehingga kultur tidak lagi bersifat local, melainkan nasional atau bahkan global. Kedua, tumbuhnya sikap-sikap yang lebih mengakui kebebasan bertindak manusia menuju perubahan masa depan. Dengan demikian alam dapat ditaklukkan, manusia merasa lebih leluasa kalau bukan merasa lebih berkuasa. Ketiga, tumbuhnya berpikir rasional, sebagian besar kehidupan umat manusia ini semakin diatur oleh aturan-aturan rasional. Keempat, tumbuhnya sikap hidup yang materialistic, artinya semua hal diukur oleh nilai kebendaan dan ekonomi. Kelima, meningkatnya laju urbanisasi.[8]
Masyarakat modern ialah masyarakat yang cenderung menjadi sekuler. Hubungan antara anggota masyarakat tidak lagi atas dasar atau prinsip tradisi atau persaudaraan, tetapi pada prinsip-prinsip fungsional pragmatis. Masyarakat merasa
bebas dan lepas dari control agama dan pandangan dunia metafisis, ciri-cirinya yang lain ialah penghilangan nilai-nilai sacral terhadap dunia, meletakkan hidup manusia dalam konteks kenyataan sejarah, penisbian nilai-nilai. Masyarakat modern yang mempunyai cirri tersebut, ternyata menyimpan problema hidup yang sulit dipecahkan. Rasionalisme, sekularisme, materialism, dan lain sebagainya ternyata tidak menambah kebahagiaan dan ketentraman hidupnya, akan tetapi sebaliknya, menimbulkan kegelisahan hidup ini.[9]
A.    Tasawuf Pada Masyarakat Modern
Sebagai akibat dari sikap hipokrit yang berkepanjangan maka manusia modern mengidap gangguan kejiwaan antara lain berupa: (a) Kecemasan, (b) Kesepian, (c) Kebosanan, (d) Perilaku menyimpang, dan (e) Psikosomatis.[10]
Sebagai makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari adanya problem yang mengganggu jiwanya. Oleh karena itu, sejarah manusia juga mencatat adanya upaya mengatasi problem tersebut. Pada masyarakat Barat Modern atau masyarakat yang mengikuti peradaban Barat yang sekuler, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem kejiwaan itu dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi, dalam hal ini kesehatan mental (Mental Health). Sedangkan pada masyarakat Islam, karena mereka (kaum muslimin) pada awal sejarahnya tidak mengalami problem psikologis seperti yang dialami oleh masyarakat Barat, maka solusi yang ditawarkan lebih cenderung bersifat religious spiritual, yakni tasawuf atau akhlak. Keduanya menawarkan solusi bahwa manusia itu akan memperoleh kebahagiaan pada zaman apapun jika hidupnya bermakna. Pernyataan yang timbul ialah bagaimana hidup bermakna pada zaman modern itu.[11]
Di sinilah kehadiran tasawuf benar-benar merupakan solusi yang tepat bagi manusia modern, karena tasawuf Islam memiliki semua unsure yang dibutuhkan oleh manusia, semua yang diperlukan bagi realisasi keruhanian yang luhur, bersistem dan tetap berada dalam koridor syariah.[12]
Relevansi tasawuf dengan problem manusia modern adalah karena tasawuf secara seimbang memberikan kesejukan batin dan disiplin syariah sekaligus. Ia bisa dipahami sebagai pembentuk tingkah laku melalui pendekatan tasawuf suluky, dan bisa memuaskan dahaga intelektual melalui pendekatan tasawuf falsafi. Ia bisa diamalkan oleh setiap Muslim, dari lapisan social maupun tempat manapun. Secara fisik mereka menghadap satu arah, yaitu Ka’bah dan secara ruhaniah mereka berlomba-lomba menempuh jalan tarekat melewati ahwal dan maqam menuju kepada Tuhan yang satu, Allah SWT.[13]
Sejauh ini, kita memahami bahwa tasawuf hanya sebagai sarana pendekatan diri manusia kepada Allah SWT melalui segala jenis ritme ibadah seperti taubat, zikir, iklhas, zuhud, dan lain-lain. Tasawuf dicari orang lebih untuk sekedar mencari ketenangan, ketentraman dan kebahagian sejati manusia, ditengah orkestrasi kehidupan duniawi yang tak memiliki arah dan tujuan pasti. Tasawuf menjadi sangat penting, karena menjadi fondasi dasar dalam upaya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

B.     Fungsi Tasawuf dalam Kehidupan Masyarakat Modern
Tasawuf diibaratkan oleh Amin Abdullah (1996) bagaikan “magnet”. Dia tidak menampakkan diri ke permukaan, tapi mempunyai daya kekuatan yang luar biasa. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk apa saja. Dalam kehidupan modern yang serba materi, tasawuf bisa dikembangkan ke arah yang konstruktif, baik yang menyangkut kehidupan pribadi maupun sosial. Ketika suatu masyarakat sudah terkena apa yang disebut penyakit alinasi (keterasingan) karena proses pembangunan dan modernisasi, maka pada saat itulah mereka butuh pedoman hidup yang bersifat spiritual yang mendalam untuk menjaga integritas kepribadiannya.[14]
Terdapat sejumlah alasan tentang sebab-sebab meningkatnya masyarakat modern terhadap tasawuf, sebagai berikut:
Pertama, salah satu ciri kehidupan masyarakat modern ialah terlalu mengandalkan kekuatan akal dan fisik, atau hanya mengakui sesuatu yang masuk akal dan tampak dalam pandangan, yang selanjutnya melahirkan paham rasionalisme, empirisme, positivisme, sekularisme, hedonisme, dan pragmatisme. Paham yang demikian sangat merugikan keutuhan manusia sebagai makhluk yang selain memiliki pancaakal dan pancaindra, juga memiliki hawa nafsu, al-nafs, qalb, fu’ad, ruh, sirr, dzauq, dan lainnya. Berbagai potensi rohaniah ini sesuatu yang real yakni ada yang sesungguhnya, sebagaimana juga akal dan fisik. Akibat dari keadaan hidup yang hanya mengutamakan akal dan pancaindra ini, maka manusia menjadi robot, dan mesin yang kehilangan keutuhannya. Akibat keadaan yang demikian, manusia menjadi tidak utuh, merasa terasing, kesepian, rapuh, tidak punya pilihan dan pegangan hidup yang kukuh, yakni nilai-nilai spiritual yang berasal dari Allah SWT. Untuk menyelamatkan keadaan yang demikian perlu ajaran tasawuf.
Kedua, masyarakat modern yang bergerak dalam bidang jasa dan industri dengan berbagai aneka ragamnya semakin memerlukan nilai-nilai spiritual yang dapat memberikan bekal dan pegangan yang kukuh bagi usahanya itu. Menjadi sufi di masa modern saat ini tidak mesti dengan cara pergi bertapa ke gunung, atau mengisolasi diri ke tempat yang sunyi, atau membiarkan hidup miskin dan sengsara. Pandangan tasawuf yang demikian itu kini telah diganti dengan pandangan tasawuf yang transformatif dan integrated, yaitu nilai-nilai tasawuf seperti kesederhanaan, kejujuran, keikhlasan, kehati-hatian, kesabaran, keteguhan dalam prinsip, kepercayaan yang teguh pada Tuhan. Keyakinan pada janji Tuhan dan nilai-nilai ajaran tasawuf lainnya ternyata sangat dibutuhkan dalam mengelola berbagai usaha bisnis di zaman modern.
Ketiga, ajaran selalu dekat dengan Allah SWT. sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf dan kesungguhan dalam membersihkan diri dari dosa serta kesungguhan mencari keridhaan Allah SWT. saat ini ternyata juga digunakan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit. Masyarakat modern saat ini sudah mulai sadar, bahwa di antara penyakit ada yang penyebabnya karena hubungan yang tidak baik dengan Tuhan. Oleh karena itu, proses penyembuhannya dapat dilakukan dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf.
Keempat, bahwa jumlah orang yang gelisah, pikiran kacau, stres, dan gejala penyakit kejiwaan lainnya saat ini makin banyak jumlahnya. Keadaan jiwa yang demikian itu menyebabkan produktivitas kerjanya menurun dan ketenteraman hidup makin terancam. Masyarakat modern yang demikian itu makin membutuhkan sentuhan ruhani dan pencerahan spiritual yang dapat mengembalikan kehidupannya menjadi lebih nyaman, tenang, tenteram, damai, dan harmonis yang selanjutnya amat dibutuhkan guna meningkatkan produktivitasnya.[15]





BAB IV
PENUTUP

Simpulan
Ata’ Muzhar, menyatakan bahwa masyarakat modern ditandai oleh lima hal, yakni: Pertama, berkembangnya mass culture. Kedua, tumbuhnya sikap-sikap yang lebih mengakui kebebasan bertindak manusia menuju perubahan masa depan. Ketiga, tumbuhnya berpikir rasional, sebagian besar kehidupan umat manusia ini semakin diatur oleh aturan-aturan rasional. Keempat, tumbuhnya sikap hidup yang materialistic. Kelima, meningkatnya laju urbanisasi.
Relevansi tasawuf dengan problem manusia modern adalah karena tasawuf secara seimbang memberikan kesejukan batin dan disiplin syariah sekaligus. Terdapat sejumlah alasan tentang sebab-sebab meningkatnya masyarakat modern terhadap tasawuf, di antaranya bahwa ajaran tasawuf yang menekankan kedekatan pada Tuhan, mengenal, dan mencintainya, yang sangat diperlukan untuk mengimbangi kecenderungan manusia terhadap masalah-masalah yang bersifat duniawi dengan segala akibatnya. Tasawuf berusaha mengendalikan manusia agar tidak diperbudak oleh dunia yang fana yang akan menjerumuskannya.











DAFTAR PUSTAKA


Burhani , Ahmad Najib (eds.). 2002. Manusia Modern Mendamba Allah: Renungan Tasawuf Positif. IIMan & Hikmah. Jakarta.
Emroni, 2001.  Ilmu Tasawuf. Perpustakaan IAIN Antasari. Banjarmasin.
Hamka, 1990. Tasawuf Modern. Pustaka Panjimas. Jakarta.
Nata, Abuddin. 2011. Studi Islam Komprehensif. Kencana. Jakarta.
Syukur, Amin. 2012.  Menggugat Tasawuf. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Syukur, Amin. 2000.  Zuhud di Abad Modern. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Nata, Abuddin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta. RajaGrafindo Persada.



[1] Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), h. 2
[2] Emroni, Ilmu Tasawuf,  (Banjarmasin: Perpustakaan IAIN Antasari 2001), h. 26-27
[3] Ibid., h. 27
[4] Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), Cet. Ke-2, h. 148

[5] Ibid., h. 159-160
[6]Yang dimaksud dengan terlalu gembira: ialah gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada Allah.
[7] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 279-280
[8] Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, Op.cit., h. 177
[9] Ibid.
[10] Psikomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh factor-faktor kejiwaan dan social. Yang sakit sebenarnya jiwanya tapi menjelma dalam bentuk sakit fisik.
[11] Ahmad Najib Burhani (eds.), Manusia Modern Mendamba Allah: Renungan Tasawuf Positif, (Jakarta: IIMan & Hikmah, 2002), h. 175
[12] Ibid., h.179
[13] Ibid., h. 180
[14] Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012), Cet. Ke-3, h. 139-140
[15] Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 329-330

Tidak ada komentar:

Posting Komentar