Selasa, 09 Desember 2014

Apa dan Siapa itu Musyrifah?



Apa dan Siapa itu Musyrifah? Musyrifah Oh Musyrifah

By       : Wardatul Jannah El-Pegatany (Wardah)
Kalau Anda ditanya, apa dan siapa itu musyrifah? Kira-kira apa jawaban Anda. Saya pernah mencoba menanyakan hal itu pada seorang teman.
“Oh, yang keturunan Nabi itu, kan? Yang kalau laki-laki itu sebutannya Habib?”.
Saya mulai berpikir dan berkata dalam hati “Seharusnya bukan dia yang saya tanya”. Itu juga saya tau. Syarifah kelleeessss...
Jadi teman-teman. Musyrifah itu adalah salah satu istilah yang digunakan dalam ruang lingkup asrama. Tanya saja anak-anak kampus yang pernah tinggal dan hidup di asrama, pasti mereka semua tahu apa dan siapa itu musyrifah. Sayangnya pertanyaan tadi di atas saya coba lontarkan pada orang yang belum pernah masuk asrama. Mau tau saja. Ternyata memang beda kalau kita berada di lingkungan yang berbeda.
Kembali lagi ke pengertian musyrifah itu sendiri. Musyrifah singkatnya adalah suatu gelar atau panggilan bagi kakak-kakak senior yang telah lulus dalam serangkaian tes untuk mengabdi dan membimbing mahasiswa baru yang masuk ke asrama. Sebenarnya tidak hanya asrama kampus. Untuk pembimbing asrama tahfidz juga sebagian besar menggunakan istilah musyrifah. Nah, sudah ada gambaran, kan?
Tugas musyrifah itu yaaa mengurus rumah tangga asrama, terlebih internal asrama seperti keamanan, kebersihan, keagamaan, keuangan, perlengkapan, koperasi, kebahasaan, perpustakaan, program pembelajaran, dan masih banyak lagi yang lainnya. Musyrifah dibawah bimbingan Murobbiyah. Yaaahh apa lagi itu Murobbiyah? Murobbiyah itu adalah. . . (Nanti saja diceritakan, ini kan judulnya tentang musyrifah).

Musyrif dan Musyrifah
Ada istilah Musyrifah, ada istilah Musyrif. Mungkin sebagian kita sudah bisa menebak bahwa berdasarkan kaidah bahasa Arab kalau ada ta’ marbuthoh di akhir kata, maka itu jenisnya perempuan. Jadi di sini Musyrifah itu untuk pembimbing perempuan dan Musyrif itu untuk pembimbing laki-laki. Jangan sampai tertukar. Yang jelas Musyrif itu tinggalnya di asrama putri. Eeh, putra maksudnya. hehe

Daftar jadi Musyrifah
Saya kuliah angkatan 2012. Jadi di awal masa saya menyandang status mahasiswa baru, saya tinggal di asrama. Curhat sedikit, saya berasal dari Kalimantan Tengah. Sebatangkara hidup di Banjarmasin. Saya juga sulit bergaul. Apa jadinya kalau saya hidup di kos?. Jadi satu-satunya cara bertahan hidup saat itu adalah dengan masuk asrama. Panjang ceritanya kalau saya tulis di sini cerita sedih+senangnya awal daftar asrama mungkin ini bukan lagi cerpen. Tapi sudah jadi cerita super panjang. Dan mungkin saja kalau saya bawa ke Dreamedia sudah bisa dicetak jadi buku.. Hhhee, Buku saku.
Singkat cerita, satu tahun berlalu. Jatah hidup di asrama sudah hampir berakhir. Teman-teman yang lain sudah pada pindah ke kos, tempat baru mereka. Saya bingung, Kok saya tidak ada usaha mencari tempat tinggal. Ceritanya sudah cinta dengan asrama dan ingin tetap di asrama. Sampai saat itu Murobbiyah menyarankan saya.
“Kalau mau tetap di asrama, coba saja masukan berkas untuk mendaftar calon Musyrifah”, begitu kata Bunda. (Bunda itu panggilan akrab untuk sosok Murobbiyah yang keibuan)
Haah? Musyrifah?”, gumam saya dalam hati. “Musyrifah itu kan orang yang hebat. Harus pintar ngaji, harus bisa bersikap dewasa, harus punya wibawa, harus bisa menapak gendang, harus bagus public speakingnya, dan banyak harus-harus lainnya”.
Yaah, dicoba saja dulu. Hasilnya nanti belakangan”, sambung Bunda.
Dalam hati saya, “Ya iya lah, Bunda. Mana ada hasil itu di depan. Pasti belakangan. Masa lulus dulu baru tes. Hhhee”. (Kalau Bunda membaca ini apa yang terjadi yaaa?)
Saya pun akhirnya melengkapi berkas dan masuk sebagai calon musyrifah. Bagaimana susah senang saya melengkapi berkas ini juga panjang ceritanya. Yang kalau dibukukan, akan menjadi Buku Saku 2 karya Wardatul Jannah.. Jhaha.. Buku saku lagi, buku saku lagi... 
Lanjut...
Ciee calon Musyrifah”. Begitu olok teman-teman saya yang ngekos waktu itu. Waaah, malu sebenarnya. Kok berani-beraninya saya mengajukan diri. Tapi tidak apa lah. Hitung-hitung pengalaman. Itu cara saya mengatasi sedikit ketidakpercayadirian saat itu.
Tiga hari berturut-turut menjalani tes. Tes baca al-qur’an dan hafalan, tes bahasa Arab dan Inggris, tes baca kitab gundul, tes integritas dan kepribadian. Berhasil saya jalani dengan sedikit deraian air mata... Waahh, air mata chuy... Peserta yang juga mendaftar saat itu kurang lebih sebanyak 64 orang dan yang diterima hanya 11 orang.
Saya ceritakan sedikit ketika sesi tes integritas dan kepribadian, waktu itu yang menjadi “Tukang Tes” saya menyebutnya, yaitu Ustadz Tamjidnoor. Yaaa.. Mungkin sebagian besar masyarakat kampus IAIN Antasari tahu siapa beliau. Setelah beberapa pertanyaan terkait asrama beliau bertanya, “Pernah pacaran? Atau pernah ditembak laki-laki? Pernah disukai seseorang?” Saya bingung harus jawab apa waktu itu. Saya pernah disukai dan pernah menyukai dan yang pasti yang saya sukai laki-laki (Wanita normal kan yaa suka sama lawan jenis). Tapi saya tidak pernah pacaran. Hhee..
“Kamu punya hafalan al-Qur’an berapa juz? sejuz? 5 juz? atau 10 juz?”, sambung beliau. Hayyooo loe mesti jawab apa kalau ditanya begitu. Jujur pertanyaan-pertanyaan itu yang membuat saya menangis waktu itu. Saya hanya mahasiswa yang sebelumnya lulusan SMA, sekolah umum biasa. Pengetahuan agama pun masih sangat kurang. Akhirnya, saya jawab seadanya.
“Saya belum punya hafalan, Ustadz. Saya hanya mau bermanfaat bagi orang lain. Mudah-mudahan dengan cara menjadi Musyrifah saya bisa mengabdikan apa yang saya bisa untuk orang lain”, jawab saya sambil meneteskan air mata. Saat itu saya sadar betul bahwa saya jauh dari harapan. Melihat saya sudah mulai tidak bisa berkata-kata, Ustadz Tamjid akhirnya mempersilahkan saya keluar. Beakhirlah sudah... Tamat Riwayatku. Dengan hasil tes yang seperti ini mana bisa lulus...
Hehehe... Beberapa jam setelah tes, saya menelpon ke rumah kemudian saya ceritakan semuanya. Abang saya bilang harus yakin. Tidak jauh berbeda dengan Abang, Abah pun menasehati bahwa saya harus yakin.
“Yang sudah terjadi ya sudah lah. Tapi wardah pasti lulus. Tenang saja”, nasehat Abah dikala itu. “Lho, wardah yang menjalani saja tidak yakin lulus, kenapa Abah begitu yakin?”, gumam saya dalam hati. Tapi ya sudah lah, ya sudah lah, lulus syukur, tidak lulus ya tidak apa-apa. Mulai saat itu saya putuskan ikut nasehat Abah “Saya pasti lulus”.  
Singkat cerita Aneh bin Ajaib. Seminggu kemudian hasil tes pun keluar. Dan hasilnyaaaaa.... SAYA LULUS. Luar Biasa. Itulah, saya pun bingung. Kok bisa. Tapi sekali lagi ya sudah lah. Ini takdir untuk saya.. Hhheehe (Dalam hati yes yes yes)

Babak baru sebagai seorang Musyrifah
Banyak pengalaman baru. Saya dikumpulkan dengan rekan-rekan Musyrifah yang luar biasa hebat. Minder sebenarnya. Tapi saya harus yakin bahwa kalau saya tidak punya kelebihan yang menonjol, maka minimal saya harus rajin. Rajin itu pangkal. . . . Pangkal apa ya? PANDAI chuy...
Banyak dari kelakuan mahasantriwati yang tinggal di asrama kadang membuat hati ini jengkel. Ingin marah rasanya. Misalnya seperti ini. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WITA, sudah seharusnya asrama sepi karena sudah waktunya istirahat. Akan tetapi masih ada segerombolan mahasantriwati yang berada di depan kamar memutar musik dengan suara yang lumayan nyaring. Awalnya saya juga ikut menikmati lagu yang dimainkan, tapi malam semakin larut, kami di dalam kamar ingin segera tidur. Tahukah Anda musik apa yang kemudian mereka putar? Musik senam saudara-saudara. Saya marah saat itu. Saya suruh teman sekamar saat itu untuk menegur. Saya kemudian mengambil HP dan menulis status di facebook. Begini bunyinya.

Hadduuuhh kekanakan neh. Malam-malam yang diputar musik senam.. satu dua, satu dua. Asa sehat aku mendangar” (Jangan ditiru kawan-kawan)
Mungkin yang berteman dengan saya di facebook pernah melihat status ini? Tidak bertahan lama statusnya kemudian saya hapus.

Masih banyak lagi pengalaman-pengalaman yang bisa diambil sebagai pelajaran hidup selama di asrama tercinta. Tantangan baru, keterampilan baru, kenalan baru, semuanya ada. Mengenal banyak karakter. Dan ini hanya bisa saya dan teman-teman yang pernah di asrama yang merasakan. Satu hal yang berubah dari saya selama jadi musyrifah, sampai saat ini yaitu saya rajin membaca buku.. Haha.. Buku tajwid. Kenapa?? Karena. . . Kira-kira apa?
Tamat.



17 komentar:

  1. nama yang bagus :)

    blognya sudah saya folow ya

    BalasHapus
  2. Ooo ini toh mushrifah dan tugas nya. Terima kasih kak Warda sudah share pengalamannya..

    BalasHapus
  3. Apa aja syarat menjadi musyrifah kak ??? Berkas" ap yg kita kasikan ??mohon bantuan nya trims kak

    BalasHapus
  4. Alhamdulilaahh. Haturnuhun dapat pencerahan🙏

    BalasHapus
  5. MasyaAllah tabarakallah.. Jazakillah khair atas sharingnya 🙏

    BalasHapus
  6. Cerita yg sangat menginspirasi

    BalasHapus
  7. Assalamu'alaikum wr.wb

    Ceritanya bagus, inspirasi, membuat lebih tahu mengenai Islam, apa itu tokoh tokoh di pondok 😊 senang, bisa mengenal istilah Islam. Semoga lebih semangat kembali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa alaikumussalam Warohmatullah....
      Alhamdulillah. Semangaat.

      Hapus
  8. MasyaAllah, semoga bisa seperti kaka ❤

    BalasHapus
  9. Terimakasih pengetahuannya kak👍🏻☺️

    BalasHapus