Apa dan Siapa
itu Musyrifah? Musyrifah Oh Musyrifah
By : Wardatul Jannah El-Pegatany
(Wardah)
Kalau Anda ditanya, apa dan siapa itu musyrifah? Kira-kira
apa jawaban Anda. Saya pernah mencoba menanyakan hal itu pada seorang teman.
“Oh, yang keturunan Nabi itu, kan? Yang kalau laki-laki itu
sebutannya Habib?”.
Saya mulai berpikir dan berkata dalam hati “Seharusnya bukan dia yang saya tanya”. Itu juga saya tau. Syarifah
kelleeessss...
Jadi teman-teman. Musyrifah itu adalah salah satu istilah
yang digunakan dalam ruang lingkup asrama. Tanya saja anak-anak kampus yang
pernah tinggal dan hidup di asrama, pasti mereka semua tahu apa dan siapa itu musyrifah.
Sayangnya pertanyaan tadi di atas saya coba lontarkan pada orang yang belum
pernah masuk asrama. Mau tau saja. Ternyata memang beda kalau kita berada di
lingkungan yang berbeda.
Kembali lagi ke pengertian musyrifah itu sendiri. Musyrifah
singkatnya adalah suatu gelar atau panggilan bagi kakak-kakak senior yang telah
lulus dalam serangkaian tes untuk mengabdi dan membimbing mahasiswa baru yang
masuk ke asrama. Sebenarnya tidak hanya asrama kampus. Untuk pembimbing asrama tahfidz juga sebagian besar menggunakan istilah musyrifah. Nah, sudah ada gambaran, kan?
Tugas musyrifah itu yaaa mengurus rumah tangga
asrama, terlebih internal asrama seperti keamanan, kebersihan, keagamaan,
keuangan, perlengkapan, koperasi, kebahasaan, perpustakaan, program
pembelajaran, dan masih banyak lagi yang lainnya. Musyrifah dibawah
bimbingan Murobbiyah. Yaaahh apa lagi itu Murobbiyah? Murobbiyah
itu adalah. . . (Nanti saja diceritakan, ini kan judulnya tentang musyrifah).
Musyrif dan Musyrifah
Ada istilah Musyrifah, ada istilah Musyrif. Mungkin
sebagian kita sudah bisa menebak bahwa berdasarkan kaidah bahasa Arab kalau ada
ta’ marbuthoh di akhir kata, maka itu jenisnya perempuan. Jadi di sini Musyrifah
itu untuk pembimbing perempuan dan Musyrif itu untuk pembimbing
laki-laki. Jangan sampai tertukar. Yang jelas Musyrif itu tinggalnya di
asrama putri. Eeh, putra maksudnya. hehe
Daftar jadi Musyrifah
Saya kuliah angkatan 2012. Jadi di awal masa saya menyandang status
mahasiswa baru, saya tinggal di asrama. Curhat sedikit, saya berasal dari
Kalimantan Tengah. Sebatangkara hidup di Banjarmasin. Saya juga sulit bergaul.
Apa jadinya kalau saya hidup di kos?. Jadi satu-satunya cara bertahan hidup
saat itu adalah dengan masuk asrama. Panjang ceritanya kalau saya tulis di sini
cerita sedih+senangnya awal daftar asrama mungkin ini bukan lagi cerpen. Tapi
sudah jadi cerita super panjang. Dan mungkin saja kalau saya bawa ke Dreamedia
sudah bisa dicetak jadi buku.. Hhhee, Buku saku.
Singkat cerita, satu tahun berlalu. Jatah hidup di asrama sudah
hampir berakhir. Teman-teman yang lain sudah pada pindah ke kos, tempat baru
mereka. Saya bingung, Kok saya tidak ada usaha mencari tempat tinggal.
Ceritanya sudah cinta dengan asrama dan ingin tetap di asrama. Sampai saat itu Murobbiyah
menyarankan saya.
“Kalau mau tetap di asrama, coba saja masukan berkas untuk
mendaftar calon Musyrifah”, begitu kata Bunda. (Bunda itu panggilan
akrab untuk sosok Murobbiyah yang keibuan)
“Haah? Musyrifah?”, gumam saya dalam hati. “Musyrifah itu
kan orang yang hebat. Harus pintar ngaji, harus bisa bersikap dewasa,
harus punya wibawa, harus bisa menapak gendang, harus bagus public
speakingnya, dan banyak harus-harus lainnya”.
“Yaah, dicoba saja dulu. Hasilnya nanti belakangan”, sambung
Bunda.
Dalam hati saya, “Ya iya lah, Bunda. Mana ada hasil itu di
depan. Pasti belakangan. Masa lulus dulu baru tes. Hhhee”. (Kalau Bunda membaca
ini apa yang terjadi yaaa?)
Saya pun akhirnya melengkapi berkas dan masuk sebagai calon
musyrifah. Bagaimana susah senang saya melengkapi berkas ini juga panjang
ceritanya. Yang kalau dibukukan, akan menjadi Buku Saku 2 karya Wardatul Jannah..
Jhaha.. Buku saku lagi, buku saku lagi...
Lanjut...
“Ciee calon Musyrifah”. Begitu olok teman-teman saya
yang ngekos waktu itu. Waaah, malu sebenarnya. Kok berani-beraninya
saya mengajukan diri. Tapi tidak apa lah. Hitung-hitung pengalaman. Itu
cara saya mengatasi sedikit ketidakpercayadirian saat itu.
Tiga hari berturut-turut menjalani tes. Tes baca al-qur’an dan
hafalan, tes bahasa Arab dan Inggris, tes baca kitab gundul, tes integritas dan
kepribadian. Berhasil saya jalani dengan sedikit deraian air mata... Waahh, air
mata chuy... Peserta yang juga mendaftar saat itu kurang lebih sebanyak
64 orang dan yang diterima hanya 11 orang.
Saya ceritakan sedikit ketika sesi tes integritas dan kepribadian,
waktu itu yang menjadi “Tukang Tes” saya menyebutnya, yaitu Ustadz
Tamjidnoor. Yaaa.. Mungkin sebagian besar masyarakat kampus IAIN Antasari
tahu siapa beliau. Setelah beberapa pertanyaan terkait asrama beliau bertanya,
“Pernah pacaran? Atau pernah ditembak laki-laki? Pernah disukai
seseorang?” Saya bingung harus jawab apa waktu itu. Saya pernah disukai dan
pernah menyukai dan yang pasti yang saya sukai laki-laki (Wanita normal kan
yaa suka sama lawan jenis). Tapi saya tidak pernah pacaran. Hhee..
“Kamu punya hafalan al-Qur’an berapa juz? sejuz? 5 juz? atau 10
juz?”, sambung beliau. Hayyooo loe mesti jawab apa kalau ditanya begitu.
Jujur pertanyaan-pertanyaan itu yang membuat saya menangis waktu itu. Saya
hanya mahasiswa yang sebelumnya lulusan SMA, sekolah umum biasa. Pengetahuan
agama pun masih sangat kurang. Akhirnya, saya jawab seadanya.
“Saya belum punya hafalan, Ustadz. Saya hanya mau bermanfaat
bagi orang lain. Mudah-mudahan dengan cara menjadi Musyrifah saya bisa
mengabdikan apa yang saya bisa untuk orang lain”, jawab saya sambil meneteskan
air mata. Saat itu saya sadar betul bahwa saya jauh dari harapan. Melihat saya
sudah mulai tidak bisa berkata-kata, Ustadz Tamjid akhirnya mempersilahkan saya
keluar. Beakhirlah sudah... Tamat Riwayatku. Dengan hasil tes yang seperti ini
mana bisa lulus...
Hehehe... Beberapa jam setelah tes, saya menelpon ke rumah kemudian
saya ceritakan semuanya. Abang saya bilang harus yakin. Tidak jauh
berbeda dengan Abang, Abah pun menasehati bahwa saya harus yakin.
“Yang sudah terjadi ya sudah lah. Tapi wardah pasti lulus.
Tenang saja”, nasehat Abah dikala itu. “Lho, wardah yang
menjalani saja tidak yakin lulus, kenapa Abah begitu yakin?”, gumam saya
dalam hati. Tapi ya sudah lah, ya sudah lah, lulus syukur, tidak lulus ya
tidak apa-apa. Mulai saat itu saya putuskan ikut nasehat Abah “Saya
pasti lulus”.
Singkat cerita Aneh bin Ajaib. Seminggu kemudian hasil tes
pun keluar. Dan hasilnyaaaaa.... SAYA LULUS. Luar Biasa. Itulah, saya pun
bingung. Kok bisa. Tapi sekali lagi ya sudah lah. Ini takdir
untuk saya.. Hhheehe (Dalam hati yes yes yes)
Babak baru sebagai seorang Musyrifah
Banyak pengalaman baru. Saya dikumpulkan dengan rekan-rekan Musyrifah
yang luar biasa hebat. Minder sebenarnya. Tapi saya harus yakin
bahwa kalau saya tidak punya kelebihan yang menonjol, maka minimal saya harus
rajin. Rajin itu pangkal. . . . Pangkal apa ya? PANDAI chuy...
Banyak dari kelakuan mahasantriwati yang tinggal di asrama kadang
membuat hati ini jengkel. Ingin marah rasanya. Misalnya seperti ini. Saat itu
jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WITA, sudah seharusnya asrama sepi karena
sudah waktunya istirahat. Akan tetapi masih ada segerombolan mahasantriwati yang
berada di depan kamar memutar musik dengan suara yang lumayan nyaring. Awalnya
saya juga ikut menikmati lagu yang dimainkan, tapi malam semakin larut, kami di
dalam kamar ingin segera tidur. Tahukah Anda musik apa yang kemudian mereka
putar? Musik senam saudara-saudara. Saya marah saat itu. Saya suruh teman
sekamar saat itu untuk menegur. Saya kemudian mengambil HP dan menulis status
di facebook. Begini bunyinya.
“Hadduuuhh kekanakan neh. Malam-malam yang diputar musik senam..
satu dua, satu dua. Asa sehat aku mendangar” (Jangan ditiru kawan-kawan)
Mungkin yang berteman dengan saya di facebook pernah melihat status ini? Tidak bertahan lama statusnya kemudian saya hapus.
Masih banyak lagi pengalaman-pengalaman yang bisa diambil sebagai
pelajaran hidup selama di asrama tercinta. Tantangan baru, keterampilan baru,
kenalan baru, semuanya ada. Mengenal banyak karakter. Dan ini hanya bisa saya
dan teman-teman yang pernah di asrama yang merasakan. Satu hal yang berubah
dari saya selama jadi musyrifah, sampai saat ini yaitu saya rajin membaca
buku.. Haha.. Buku tajwid. Kenapa?? Karena. . . Kira-kira apa?
Tamat.
nama yang bagus :)
BalasHapusblognya sudah saya folow ya
Ooo ini toh mushrifah dan tugas nya. Terima kasih kak Warda sudah share pengalamannya..
BalasHapusKka wardah the best.. 😊
BalasHapusKerreen juga ya..
BalasHapus👍👍👍
BalasHapusceritanya bagus,
BalasHapusApa aja syarat menjadi musyrifah kak ??? Berkas" ap yg kita kasikan ??mohon bantuan nya trims kak
BalasHapusMa Syaa Allah❤️
BalasHapusTerimakasih sangat membantu
BalasHapusAlhamdulilaahh. Haturnuhun dapat pencerahan🙏
BalasHapusMakasih ilmunya
BalasHapusMasyaAllah tabarakallah.. Jazakillah khair atas sharingnya 🙏
BalasHapusCerita yg sangat menginspirasi
BalasHapusAssalamu'alaikum wr.wb
BalasHapusCeritanya bagus, inspirasi, membuat lebih tahu mengenai Islam, apa itu tokoh tokoh di pondok 😊 senang, bisa mengenal istilah Islam. Semoga lebih semangat kembali.
Wa alaikumussalam Warohmatullah....
HapusAlhamdulillah. Semangaat.
MasyaAllah, semoga bisa seperti kaka ❤
BalasHapusTerimakasih pengetahuannya kak👍🏻☺️
BalasHapus